Materi PK : Mencuci Rambut Pasien

Pengertian :

Mencuci rambut adalah menghilangkan kotoran dari rambut
dan kulit kepala dengan menggunakan shampo.

Tujuan :
·      Memberikan perasaan nyaman dan segar kepada pasien
·      Rambut tetap bersih, rapi dan terpelihara

Pelaksanaan :
·      Mencuci rambut dilaksanakan bila rambut kotor atau secararutin minimal satu minggu dua kali

Persiapan alat :
·      APD.
·      Baki berisi :
-    2 buah sisir
-    2 buah handuk
-    1 buah waslap
-    Shampo
-    Pengalas (handuk dan perlak)
-    Talang karet
-    Baskom kecil berisi kain k asa
-    Bengkok berisi larutan klorin/bayclinatau air sabun
·      Celemek
·      Gayung
·      Kapas untuk menutup telinga
·      Ember berisi air hangat
·      Ember kosong
·      Ceret berisi air panas
·      Kain pel

Pelaksanaan :


·      Memberi tahu klien dan keluarga
·      Mendekatkan alat-alat
·      Mencuci tangan
·      Memakai APD.
·      Mengatur posisi tidur klien senyaman mungkin dengan kepala di sisi tempat tidur
·      Memasang perlak dan handuk di bawah kepala klien
·      Memasang talang dan diarahkan ke ember yang kosong
·      Meletakkan ember di atas kain pel
·      Menutup telinga dengan kapas dan menutup mata kliendengan waslap
·      Menutup dada dengan handuk sampai ke lehe r
·      Menyisir rambut kemudian disi ram dengan air hangat danmenggunakan gayung
·      Menggosok pangkal rambut dengan kain kasa yang telahdiberi shampo kemudian di urut dengan ujung jari, bilasrambut sampai bersih kemudian dikeringkan
·      Mengangkat tutup telinga dan mata, mengangkat talang,memasukan karet ke dalam ember dan meletakkan handuk dibaki
·      Mengembalikan klien pada posisi semula
·      Menyisir rambut, dan rambut dikeringkan
·      Membuka celemek
·      Membereskan alat-alat
·      Melepaskan APD.
·      Mencuci tangan
AB 3
PMI3

Praktek PK : Menata Tempat Tidur Ada Pasien

Praktek PK : Menata Tempat Tidur Ada Pasien

    Peralatan yang dibutuhkan :
     1. Alat cuci tangan
     2. APD
     3. Kasur & Bantal
     4. Alat tenun bersih : sprei, perlak, kain pelintang, sarung bantal & selimut
     5. Ember kosong
     6. Baki


          Pelaksanaan :
         Memberi tahu klien dan keluarga
  1. Mendekatkan alat-alat  tenun di atas meja
  2. Mencuci tangan
  3. Memakai APD
  4. Komunikasi dengan klien
  5. Ambil bantal letakkan di atas kursi
  6. Ambil selimut letakkan dalam ember
  7. Sisi sisi seprei, perlak dan pelintang dilepaskan lipatan bawah kasur
  8. Posisikan klien miring membelakangi pelaku
  9. Gulung alat tenun kotor ke arah punggung klien
  10. Seprei yang bersih dipasang
  11. Perlak dan kain pelintang yang bersih diletakkan di atas seprei
  12. Sisi seprei, perlak dan pelintang diselipkan di bawah kasur dengan baik
  13. Klien dibalikkan kembali dan dimiringkan ke arah pelaku
  14. Pelaku pindah posisi ke belakang klien
  15. Gulung alat tenun yang kotor, kemudian masukkan ke dalam keranjang/ember untuk pakaian kotor
  16. Sprei, perlak dan pelintang dirapikan, sisi-sisinya di selipkan di bawah kasur
  17. Ujung-ujung sprei dibuat lipatan diagonal
  18. Klien dibaringkan terlentang kembali
  19. Sarung bantal diganti dengan yang bersih
  20. Selimut yang bersih dipasang
  21. Komunikasi dengan klien
  22. Semua peralatan dibereskan ke belakang
  23. Melepaskan APD
  24. Mencuci tangan

Materi PP 4 : Patah Tulang



Cedera Otot Rangka
Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.

Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang. Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.

Penyebab
Pada dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih sedikit memiliki kelenturan. Bila teregang melampau batas kelenturannya maka tulang tersebut akan patah.

Cedera dapat terjadi sebagai akibat :
1.    Gaya langsung.
Tulang langsung menerima gaya yang besar sehingga patah.
2.    Gaya tidak langsung.
Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang relatif lemah, sehingga akhirnya bagian lain iilah yang patah. Bagian yang menerima benturan langsung tidak mengalami cedera berarti
3.    Gaya puntir.
Selain gaya langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau terputar sampai patah. Ini sering terjadi pada lengan.

Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang kita hadapi.

Gejala dan tanda patah tulang
Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang gejalanya dapat tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai pada patah tulang :
  1. Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seing merupakan satu-satunya tanda yang terlihat. Cara yang paling baik untuk menentukannya adalah dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
  2. Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
  3. Bengkak, disertai memar / perubahan warna di daerah yang cedera.
  4. Terdengar suara berderak pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan dengan menggerakkan bagian cedera tersebut).
  5. Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka.

Pembagian Patah Tulang
Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu :
  1. Patah tulang terbuka
  2. Patah tulang tertutup

Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang terbuka, kulit di permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah terlihat dari luar. Perbedaannya adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.

Pembidaian
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.

Tujuan pembidaian
  1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
  2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
  3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
  4. Mengurangi rasa nyeri.
  5. Mempercepat penyembuhan

Beberapa macam jenis bidai :

  1. Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
  1. Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
  1. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
  1. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.

Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum.
1.       Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
2.       Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
3.       Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya.
4.       Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan pembidaian.
5.       Siapkan alat-alat selengkapnya.
1.       6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika ditemukan.
6.       Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
7.       Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
8.       Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya. 
9.       Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
10.    Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
11.    Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
12.    Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari  tulang yang patah.
13.    Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang pertama.
14.    Jangan membidai berlebihan.

Pertolongan cedera alat gerak
1.    Lakukan penilaian dini.
·         Kenali dan atasi keadaan yang mengancam jiwa.
·         Jangan terpancing oleh cedera yang terlihat berat.
2.    Lakukan pemeriksaan fisik.
3.    Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas dan sebelah bawah cedera, jangan sampai menambah rasa sakit penderita.
4.    Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera.
5.    Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada.
6.    Siapkan semua peralatan dan bahan untuk membidai.
7.    Lakukan pembidaian.
8.    Kurangi rasa sakit.
·         Istirahatkan bagian yang cedera.
·         Kompres es bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang tertutup).
9.    Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.